CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, November 20, 2008

Mendidik anak


Kita semua tahu bahwa mendidik anak adalah perkara yang gampang gampang susah. Terlalu menuruti keinginan anak, menjadikannya manja, terlalu keras anak membuat anak jadi stress.
Dan yang saya amati, kecenderungan pola asuh anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterima oleh orang tua mereka pada saat mereka kecil. Ada yang menerapkan cara yang sama dalam membesarkan anaknya. Ada yang 180% berbeda dari apa yang mereka alami. Tergantung dari pengalaman dan pertimbangan masing masing (who am I to judge..)
Saya sering ditanya orang, kenapa Cinta itu lembut dan penurut (mereka tidak tau kalau kadang Cinta bisa juga sekeras batu, mewarisi bakat terpendam kedua orang tuanyaJ). Saya bilang karena saya sekeluarga, termasuk si mbaknya tidak pernah menggunakan cara dan kata kasar apalagi memukul. Kalau harus memaksa Cinta melakukan sesuatu, kami berusaha sedemikian rupa supaya dia melakukannya dengan penuh kesadaran.
Beberapa pedoman yang kami pakai dalam mendidik Cinta adalah :
Selalu ada jalan keluar :
Di rumah, kami hampir tidak pernah berbicara dengan suara keras atau menyetel tv/tape kenceng2. Problem sempat muncul waktu Cinta trial di sebuah playgroup di dekat rumah, dimana gurunya berbicara dengan suara keras. Hanya 2 hari dan Cinta mogok tidak mau lagi trial disana karena takut kepada gurunya. Waktu masuk playgroup permanennya, Cinta sempat ketakutan mendengar suara tape yang dipasang keras keras dan anak anak yang berteriak. Nah, untuk cara ini, si mbak Susi yang punya idea cemerlang. Di rumah, kalau lagi nonton video atau tv, suaranya dikencengin, alasannya supaya Cinta terbiasa. Dan it worked. Sekarang dengar orang berbicara atau music dengan suara keras dia tidak takut lagi.
Acara minum obat waktu sakit juga membuktikan pendapat kami tentang ‘there’s always a way-out’. Dulu, Cinta selalu menolak minum obat atau vitamin karena rasanya tidak enak, sampai harus dicampurkan ke susu dan diberikan waktu dia tidur. Lagi lagi mbak Sus memberi solusi, dengan iming iming boleh menyesap permen (yang selama ini strictly forbidden buat Cinta) setelah minum obat. Sampai sekarang kami tidak pernah kesulitan lagi memberikan obat (sepahit apapun) untuk Cinta. Dan karena sudah gampang, jatah nyesap permennya dikurangi lagi.. :D)
Anak meniru orang tua, jadi beri contoh yang baik :
Kebiasaan anak, baik atau buruk, biasanya meniru orang tua. Kalau orang tua habis bepergian tanpa ganti baju langsung rebahan di ranjang, anak pasti mengikuti. Kalau orang tua buang sampah sembarangan, anak mencontoh. Kalau orang tua menasehati untuk tidak nonton sinetron karena tidak cocok untuk anak anak, pasti anaknya juga kebiasaan tidak mau lihat sinetron. Kalau orang tua sering bilang ‘kamu ini anak goblog’, jangan kaget kalau suatu hari anaknya juga bilang ‘Mamie goblog’. Jangan mengharap anak jadi baik kalau orangtuanya brengsek….
Jangan terlalu mengekang anak dan sering mengatakan ‘jangan’ :
Kami juga berusaha tidak terlalu mengekang Cinta. Seiring dengan pertumbuhan motoriknya, Cinta sering memanjat teralis jendela dirumah. Orangtua lain mungkin akan melarang karena takut anaknya jatuh. Tapi kami tidak. Kami hanya mengajari cara supaya acara panjat panjat itu aman, misalnya dengan memegang teralis diatasnya dengan kencang dan meletakkan kaki dengan tepat dan tetap harus diawasi. Urusan coret coret tembok…Cinta juga tidak pernah kami larang. Karena menurut kami, itu caranya mengeksplorasi kemampuannya. Ada resikonya, tentu..yaitu tembok rumah kami jadi kotor. Tapi tidak masalah, orang lain boleh risi melihatnya, no big deal, yang penting dari coret coret tembok itu sekarang Cinta sudah lancar menulis A-Z J
Win-win solution:
Kami lebih sering menggunakan cara diskusi dengan metode win win solution untuk memutuskan suatu masalah dan kami membatasi penggunaan kata “POKOKNYA”. Waktu Cinta di playgroup dan sudah mulai bisa berkomunikasi dengan teman temannya, dia sering menggunakan kata ‘pokoknya harus!’ kalau menginginkan sesuatu, karena meniru cara bicara temannya. Kami menjelaskan bahwa ‘pokoknya harus!’ itu tidak bisa diterapkan dalam semua hal dan penggunaannya hanya kalau benar benar perlu (crucial). Butuh beberapa waktu untuk membuat Cinta melupakan kata kata ‘pokoknya harus!’. Dan kami membiasakan diri untuk menerangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti kalau kami melarang atau menyuruhnya melakukan sesuatu. Butuh waktu, tapi bisa dilaksanakan.
Ada kalanya Cinta merengek, menangis meminta satu barang yang sebenarnya tidak diperlukannya. Dan saya berusaha untuk tidak meresponnya dengan marah atau membentak. Dengan santai saya berkata “walaupun Nik nangis sampai capek, Mamie tidak akan belikan karena.....(saya jelaskan alasannya)”. Dan lama lama dia terbiasa. Layaknya anak kecil, kalau diajak masuk ke toko sering minta ini itu. Saya punya cara sendiri mengatasinya. Sebelum masuk, saya minta Cinta janji, kalau pengen sesuatu, harus tanya dulu apa Mamie setuju untuk beli. Kalau setuju OK, kalau tidak, jangan merengek. Nah, yang lucu, di dalam toko, kalau lihat sesuatu yang menarik, Cinta akan bilang “Mam, ini Nik cuma mau nunjukin loh ya, nggak minta. Barang ini bagus ya? Tapi kita nggak perlu, jadi kita nggak usah beli ya” J.
Ajarkan kebiasaan membaca :
Kebetulan saya dan suami senang membaca. Dan kami menularkan kebiasaan baik ini kepada Cinta sejak kecil. Kami sering mengajaknya ke toko buku dan memilihkan buku buku yang berisi pendidikan moral. Dirumah, sebelum tidur, kami membacakan paling tidak 1 buku. Manfaatnya? Selain pendidikan moral, vocabnya juga jadi terasah. Karena setiap ada kata baru, dia akan tanya artinya dan kemudian menggunakannya dalam percakapan sehari hari. Cara ini saya lihat juga worked pada keponakan saya, Gabby yang sejak kecil gemar membaca dan vocabnya (waktu itu) jauh melebihi anak anak seusianya (bravo, Cik ! :D).
Hindari hukuman fisik, lebih utamakan logic communication:
Percaya tidak percaya, kalau anak sering dipukul dirumah, maka dimanapun ia akan berusaha menyakiti teman atau saudaranya. Kami tidak ingin ini terjadi. Selain kami tidak tega menyakiti Cinta, kami merasa hukuman berupa kekerasan fisik, tidak akan memberi any good result, hanya pain saja. Painnya hilang, kebiasaan buruk dilakukan lagi.
Ada seorang teman yang tangannya gampang sekali mampir ketubuh anak2nya. Waktu ada tamu dirumah,anaknya rewel sedikit saja sudah diceples. Mungkin dia malu sama tamunya karena anaknya rewel. Tapi setelah diceples, rewelnya bukannya hilang malah tambah nangis…nangisnya sambil teriak teriak dan malah bikin malu beneran…. J
Kalau kita mau jujur, kita memukul anak adalah untuk melepaskan emosi kita sendiri bukan demi kebaikan anak itu sendiri…**yang tidak setuju, angkat tangan.. J**
Show your love and say your love:
Kalau kita menunjukkan kasih sayang kita kepada anak secara perbuatan, itu bagus. Tapi kalau ditambah dengan kata kata ‘I love you’, akan menjadi jauh lebih bagus. Kata kata sayang akan terus menetap di hati dan pikiran anak sampai mereka dewasa. Dan anak akan merasa lebih percaya diri.
Beri nasehat dan teguran pada saat yang tepat :
Kalau Cinta menangis karena kesakitan, saya peluk dia dan katakan ‘Mamie tau ini memang sakit, tapi menangis tidak akan mengurangi rasa sakitnya, ayo kita obatin’. Nah, kalau dia menangis karena bad mood, saya memeluk untuk menenangkan. Saya tidak memberi nasehat apapun sampai tangisnya berhenti. Percuma menasehati, kalau dia tidak sedang in the mood untuk dinasehati…kalau badai moodnya sudah reda, baru saya beritahu pelan pelan dan sampai sejauh ini dia bisa menerima nasehat. Saya juga berusaha untuk tidak menegur Cinta didepan banyak orang kalau dia berbuat salah. Karena saya tau, pasti dia akan malu, dan salah satu hal yang saya hindari adalah mempermalukannya. Karena kebiasaan dari kecil, hanya dengan tatapan mata saja saya sudah bisa menghentikan dia melakukan hal yang tidak selayaknya.
Minimalkan membuat luka hati :
Luka hati, kita sadari atau tidak, akan membekas sampai seorang anak menjadi dewasa bahkan tua. Kalau misalnya waktu kita pulang kerja, anak kita berusaha memberi kejutan dengan membuatkan kita segelas sari jeruk perasan sendiri (yang tentunya dibuatnya dengan susah payah), langsung minum, ucapkan terimakasih dan pujian atas usahanya walaupun mungkin rasanya tidak enak. Jangan bilang, nanti aja, ‘Mamie sedang tidak ingin minum’ atau, ‘kok rasanya nggak enak gini, lain kali nggak usah mbuat2’. Orang dewasa aja kalau menerima respond seperti itu sakit hati apalagi anak anak ya..jadi, hargailah sekecil apapun usahanya, kayak iklan tv ya? :)
Akhir kata…semoga sharing saya ini ada manfaatnya…dan saya menerima any kind of advice dalam hal mendidik anak…

0 komentar: